Kesenian Sasando: Musik dari Timur Indonesia yang Mendunia – Kesenian Sasando: Musik dari Timur Indonesia yang Mendunia
Indonesia dikenal kaya akan budaya, termasuk ragam alat musik tradisional yang unik dan memikat. Salah satu yang paling mempesona adalah Sasando, alat musik petik khas dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Suaranya lembut, bentuknya artistik, dan kisah di baliknya sarat nilai sejarah dan budaya.
Dalam artikel ini, kita akan mengenal lebih dalam tentang kesenian Sasando, mulai dari asal-usul, cara memainkan, jenis-jenis, hingga upaya pelestariannya. Bagi kamu yang mahjong mencintai kekayaan budaya Indonesia, Sasando adalah warisan seni yang wajib kamu ketahui!
Apa Itu Sasando?
Sasando adalah alat musik petik tradisional yang terbuat dari bahan alami seperti bambu dan daun lontar. Alat musik ini menghasilkan suara yang lembut dan merdu, mirip dengan harpa atau kecapi.
Sasando bukan hanya alat musik, tapi juga simbol identitas budaya masyarakat Rote, sekaligus salah satu bukti nyata kekayaan musik dari wilayah timur Indonesia.
Sejarah dan Asal Usul Sasando
Legenda dan Tradisi Lisan
Konon, menurut cerita rakyat, Sasando ditemukan oleh seorang pemuda bernama Sangguana dalam mimpinya. Ia terbangun dan mencoba membuat alat musik sesuai dengan yang ia lihat. Akhirnya, lahirlah Sasando yang kini menjadi bagian penting dari kesenian masyarakat Rote.
Bukti Historis
Catatan sejarah menyebutkan bahwa Sasando sudah dimainkan sejak abad ke-7. Alat musik ini dulunya digunakan dalam acara adat, perayaan panen, hingga upacara keagamaan. Kini, Sasando tampil dalam berbagai panggung budaya, baik nasional maupun internasional.
Bagaimana Bentuk dan Cara Kerja Sasando?
Struktur Fisik
Sasando terdiri dari beberapa bagian utama:
- Tabung bambu: Berfungsi Slot depo 10k sebagai leher atau inti alat musik.
- Senar (dawai): Berjumlah 28 hingga 56, terbuat dari kawat logam.
- Daun lontar: Dibentuk seperti kipas melingkar, berfungsi sebagai resonator suara.
Cara Memainkan
Sasando dimainkan dengan cara dipetik menggunakan jari tangan kanan dan kiri secara bersamaan. Teknik memetiknya mirip seperti memainkan harpa, namun posisinya vertikal dan dipeluk oleh pemain.
Jenis-Jenis Sasando
Secara umum, Sasando dibedakan menjadi dua jenis utama:
1. Sasando Gong (Tradisional)
- Menggunakan 7–12 dawai
- Digunakan dalam acara adat
- Suara lebih sederhana dan bersifat ritualistik
2. Sasando Elektrik
- Dilengkapi pickup dan amplifier
- Jumlah senar lebih banyak (28–56)
- Cocok untuk pertunjukan modern dan kolaborasi musik lintas genre
Nilai Budaya dalam Kesenian Sasando
Sasando tidak hanya menghibur secara musikal, tapi juga mengandung nilai-nilai budaya seperti:
- Kebersamaan: Dimainkan dalam acara komunitas
- Spiritualitas: Menyertai upacara keagamaan
- Kreativitas: Dibuat dari bahan lokal dengan teknik kerajinan tinggi
Kesenian ini juga memperlihatkan bagaimana masyarakat Rote memanfaatkan alam secara bijak dan artistik.
Tokoh dan Pelestari Sasando
Beberapa tokoh penting yang berjasa dalam pelestarian Sasando antara lain:
- Yoseph “Semy” Ndolu – Seniman lokal yang aktif memperkenalkan Sasando ke mancanegara
- David Kurnia Albert (keyboardist Dewa 19) – Menggunakan Sasando elektrik dalam konsernya
- The Nusa Rote Ensemble – Kelompok musik yang menggabungkan Sasando dengan musik modern
Selain itu, pemerintah daerah dan pusat juga mulai menggalakkan pelatihan dan workshop untuk generasi muda agar seni ini tidak punah.
Sasando dalam Dunia Modern
Penampilan Internasional
Sasando pernah tampil di berbagai event internasional seperti:
- World Expo di Jepang dan Dubai
- Festival musik dunia di Eropa
- Acara kenegaraan dan diplomasi budaya
Sasando Goes Digital
Kini Sasando telah hadir dalam bentuk elektrik dan digital, memudahkan integrasi dengan musik kontemporer, pop, bahkan EDM. Banyak musisi muda mulai mengaransemen ulang lagu-lagu populer dengan sentuhan Sasando, membuatnya lebih relevan di era modern.
Tantangan dan Upaya Pelestarian
Meskipun unik dan bernilai tinggi, Sasando menghadapi berbagai tantangan:
- Kurangnya regenerasi pemain
- Keterbatasan bahan baku alami
- Kurangnya dokumentasi digital
Namun, banyak komunitas, seniman, hingga pemerintah berkolaborasi dalam pelestarian dengan cara:
- Menyelenggarakan festival Sasando tahunan di Nusa Tenggara Timur
- Memberi pelatihan di sekolah dan sanggar budaya
- Mempromosikan Sasando di media sosial dan platform streaming musik
Kesimpulan
Sasando bukan sekadar alat musik, tetapi warisan budaya yang patut dibanggakan. Suaranya yang indah, bentuknya yang artistik, dan nilai budayanya yang tinggi menjadikannya simbol kekayaan seni dari timur Indonesia.
Sebagai generasi penerus, kita punya tanggung jawab untuk mengenal, mencintai, dan melestarikan Sasando agar tetap hidup di tengah arus modernisasi yang cepat.
FAQ: Pertanyaan Seputar Sasando
1. Dari mana asal alat musik Sasando?
Sasando berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
2. Apa perbedaan antara Sasando gong dan Sasando elektrik?
Sasando gong adalah versi tradisional dengan senar lebih sedikit, sedangkan Sasando elektrik dilengkapi sistem elektronik dan digunakan dalam musik modern.
3. Apakah Sasando bisa dipelajari oleh pemula?
Tentu! Kini banyak kelas dan workshop Sasando yang tersedia, baik secara langsung maupun online.
4. Di mana bisa melihat pertunjukan Sasando?
Kamu bisa melihatnya di acara budaya, festival seni di Nusa Tenggara Timur, atau menontonnya di YouTube dan media sosial.
Yuk, Lestarikan Musik Sasando Bersama!
Kesenian Sasando adalah bagian penting dari identitas budaya Indonesia yang harus kita jaga. Jika kamu merasa artikel ini bermanfaat, bagikan ke teman-temanmu di media sosial dan sebarkan kecintaan pada budaya Nusantara!
Bersama kita jaga, rawat, dan banggakan warisan budaya Indonesia! 🇮🇩🎶